Bukanlah hal yang asing di dunia kerja bahwa akan ada
karyawan yang mengundurkan diri atau resign. Hal ini tentu merupakan pukulan
bagi perusahaan, terutama jika karyawan tersebut adalah karyawan yang baik dan
memiliki banyak prestasi. Maka perusahaan akan kesulitan untuk mencari karyawan
yang sama baiknya dengan karyawan yang mengudurkan diri tadi. JIka tidak, maka
jalannya aktivitas perusahaan akan mengalami kendala.
Sebenarnya apa yang membuat karyawan sampai mengundurkan diri dari sebuah perusahaan? Bukankah karyawan tersebut membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya? Berikut tim Epployee, the best HR system, merangkumnya untuk kamu!
1. Lingkungan Yang Buruk
Kenyamanan adalah hal yang sangat penting dalam bekerja. Karena rasa nyaman adalah hal paling mendasar yang memotivasi karyawan bahkan sejak pagi hari sebelum berangkat bekerja. Lingkungan yang nyaman juga membuat karyawan jauh lebih produktif karena pekerjaan yang dilakukan dilandasi oleh rasa bahagia.
Sebaliknya, lingkungan yang buruk seperti rekan kerja yang ketus, tidak kooperatif, bahkan cenderung menganggap lingkungan kerja adalah kompetisi, maka tentu akan timbul rasa tidak nyaman dan mempengaruhi kualitas pekerjaan yang dihasilkan.
2. Atasan Yang Menyebalkan
Definisi “menyebalkan” tentu saja bersifat subjektif dan
dapat berbeda bagi setiap orang dalam menilai atasannya. Tapi jika dalam suatu
unit bisnis atau perusahaan sudah terlalu banyak keluhan karyawan terkait
atasan yang menyebalkan, maka hal ini menjadi sangat fundamental. Karena hanya
karena satu atau dua sosok atasan yang menyebalkan, dapat menyebabkan rasa
tidak nyaman kepada karyawan dan bukan tidak mungkin akan berujung pada aksi
resign. Tentu saja, lagi-lagi perusahaan yang akan mengalami kerugian.
Beberapa ciri atasan yang menyebalkan menurut tim Epployee
adalah tidak pernah mengapresiasi bawahannya, tidak pernah memberi contoh yang
baik atau bahkan justru apa yang dikatakan berlawanan dengan apa yang
dilakukan, memberikan pekerjaan yang jauh diluar kompetensi bawahannya, atau
bahkan memberikan hukuman yang berlebihan.
3. Jam Kerja Yang Luar Biasa
Di dalam Undang-Undang sudah tercantum berapa jam kerja normal
karyawan dalam satu minggu dimana selebihnya harus dikompensasi dengan
tunjangan lembur. Namun tentu masih banyak praktek di lapangan yang jauh
daripada yang seharusnya.
Contohnya adalah karyawan yang bekerja dari jam 8 pagi
sampai jam 8 malam tanpa mengenal istilah tunjangan lembur, ditelepon jam 1
malam, atau bahkan tidak jarang di hari libur pun harus meeting online dengan
tim. Hal ini tentu sangat tidak menyenangkan bagi para karyawan karena banyak
waktu istirahat dan bersantai bersama keluarga serta untuk mengurus keperluan
pribadinya menjadi terganggu. Jika hal ini tidak dapat diantisipasi
perusahahaan, maka peluang karyawan untuk resign menjadi sangat besar. Sekali
lagi, perusahaan yang akan dirugikan.
Menariknya, faktor gaji, meskipun penting, namun justru
tidak menjadi penentu utama. Banyak karyawan yang bertahan di perusahaan karena
kenyamanan dan peluang karirnya sangat mendukung, meskipun secara penghasilan
bisa jadi tidak jauh berbeda dari perusahaan pesaing. Menurut kamu bagaimana?
Setujukah?
Terakhir, jika ingin mengetahui tingkat kenyamanan dan
kebahagiaan karyawan bekerja di perusahaan, di era digital saat ini tidaklah sulit.
Tim Epployee mempersembahkan sebuah aplikasi HR System yang membantu karyawan
tidak hanya untuk melakukan absensi digital, cuti, atau lembur saja, tapi juga
mencakup progress tracker, penilaian kinerja, hingga untuk mengetahui tingkat
kebahagiaan karyawan dalam bekerja yang tercatat dengan sangat baik dari hari
ke hari.
Jadi jangan menunggu lebih lama lagi, segera hubungi tim
Eppoyee untuk mendapatkan berbagai penawaran dan potongan harga khusus bagi
pembaca blog Epployee. Terima kasih dan selamat beraktivitas!