Hal Ini Yang Bikin Karyawan Resign

Egan Janitra, 12 Mar 2022

Bukanlah hal yang asing di dunia kerja bahwa akan ada karyawan yang mengundurkan diri atau resign. Hal ini tentu merupakan pukulan bagi perusahaan, terutama jika karyawan tersebut adalah karyawan yang baik dan memiliki banyak prestasi. Maka perusahaan akan kesulitan untuk mencari karyawan yang sama baiknya dengan karyawan yang mengudurkan diri tadi. JIka tidak, maka jalannya aktivitas perusahaan akan mengalami kendala.

Sebenarnya apa yang membuat karyawan sampai mengundurkan diri dari sebuah perusahaan? Bukankah karyawan tersebut membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya? Berikut tim Epployee, the best HR system, merangkumnya untuk kamu!

1. Lingkungan Yang Buruk

Kenyamanan adalah hal yang sangat penting dalam bekerja. Karena rasa nyaman adalah hal paling mendasar yang memotivasi karyawan bahkan sejak pagi hari sebelum berangkat bekerja. Lingkungan yang nyaman juga membuat karyawan jauh lebih produktif karena pekerjaan yang dilakukan dilandasi oleh rasa bahagia.

Sebaliknya, lingkungan yang buruk seperti rekan kerja yang ketus, tidak kooperatif, bahkan cenderung menganggap lingkungan kerja adalah kompetisi, maka tentu akan timbul rasa tidak nyaman dan mempengaruhi kualitas pekerjaan yang dihasilkan.


2. Atasan Yang Menyebalkan

Definisi “menyebalkan” tentu saja bersifat subjektif dan dapat berbeda bagi setiap orang dalam menilai atasannya. Tapi jika dalam suatu unit bisnis atau perusahaan sudah terlalu banyak keluhan karyawan terkait atasan yang menyebalkan, maka hal ini menjadi sangat fundamental. Karena hanya karena satu atau dua sosok atasan yang menyebalkan, dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kepada karyawan dan bukan tidak mungkin akan berujung pada aksi resign. Tentu saja, lagi-lagi perusahaan yang akan mengalami kerugian.

Beberapa ciri atasan yang menyebalkan menurut tim Epployee adalah tidak pernah mengapresiasi bawahannya, tidak pernah memberi contoh yang baik atau bahkan justru apa yang dikatakan berlawanan dengan apa yang dilakukan, memberikan pekerjaan yang jauh diluar kompetensi bawahannya, atau bahkan memberikan hukuman yang berlebihan.

 


3. Jam Kerja Yang Luar Biasa

Di dalam Undang-Undang sudah tercantum berapa jam kerja normal karyawan dalam satu minggu dimana selebihnya harus dikompensasi dengan tunjangan lembur. Namun tentu masih banyak praktek di lapangan yang jauh daripada yang seharusnya.

Contohnya adalah karyawan yang bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam tanpa mengenal istilah tunjangan lembur, ditelepon jam 1 malam, atau bahkan tidak jarang di hari libur pun harus meeting online dengan tim. Hal ini tentu sangat tidak menyenangkan bagi para karyawan karena banyak waktu istirahat dan bersantai bersama keluarga serta untuk mengurus keperluan pribadinya menjadi terganggu. Jika hal ini tidak dapat diantisipasi perusahahaan, maka peluang karyawan untuk resign menjadi sangat besar. Sekali lagi, perusahaan yang akan dirugikan.

Menariknya, faktor gaji, meskipun penting, namun justru tidak menjadi penentu utama. Banyak karyawan yang bertahan di perusahaan karena kenyamanan dan peluang karirnya sangat mendukung, meskipun secara penghasilan bisa jadi tidak jauh berbeda dari perusahaan pesaing. Menurut kamu bagaimana? Setujukah?



Terakhir, jika ingin mengetahui tingkat kenyamanan dan kebahagiaan karyawan bekerja di perusahaan, di era digital saat ini tidaklah sulit. Tim Epployee mempersembahkan sebuah aplikasi HR System yang membantu karyawan tidak hanya untuk melakukan absensi digital, cuti, atau lembur saja, tapi juga mencakup progress tracker, penilaian kinerja, hingga untuk mengetahui tingkat kebahagiaan karyawan dalam bekerja yang tercatat dengan sangat baik dari hari ke hari.

Jadi jangan menunggu lebih lama lagi, segera hubungi tim Eppoyee untuk mendapatkan berbagai penawaran dan potongan harga khusus bagi pembaca blog Epployee. Terima kasih dan selamat beraktivitas!

Bagikan