Beredar berita bahwa beberapa
perusahaan Start Up terkemuka melakukan lay
off atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan jumlah yang tidak sedikit.
Sebut saja Shopee Indonesia yang dikabarkan melepas lebih dari 400 karyawan. Bahkan
Sea Ltd, yang merupakan induk Shopee telah melepas lebih dari 7000 pegawainya
atau 10% dari total tenaga kerjanya. Artinya, pengurangan karyawan ini tidak
hanya pada Shopee Indonesia, tapi di berbagai belahan dunia.
Selain itu, fenomena juga terjadi
pada raja ride hailing dan ecommerce tanah air yaitu GoTo atau
Gojek Tokopedia. Perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang luar biasa besar
tersebut juga dikabarkan memutus hubungan kerja sebanyak 1300 orang atau 12%
dari total tenaga kerjanya.
Bahkan berita terbaru juga
menyebutkan bahwa Start Up di bidang EduTech yaitu Ruangguru juga melakukan PHK
atas karyawannya. Meskipun keputusan tersebut sangatlah berat, namun manajemen
pasti sudah mempertimbangkan banyak hal sampai akhirnya harus melepas talenta
terbaiknya.
Bisa jadi ada banyak Start Up
lainnya yang juga melakukan lay off
namun tak tersorot oleh media. Lalu, sebenarnya, apa yang terjadi? Mengingat kompleksitas
dan nature tiap perusahaan sangatlah berbeda, maka Tim Epployee akan memberikan
garis besar atau gambaran umum penyebabnya!
1. Biaya Gaji yang Tinggi
Karyawan Start Up terkenal dengan
talentanya yang sangat berkualitas, baik pendidikan dan pengalamannya.
Sehingga, biaya gaji dan bonus karyawan dapat membebani perusahaan mengingat remunerasinya
berkisar pada 2 kali atau 3 kali lipat dari standar gaji di pasar tenaga kerja.
Hal tersebut perlu menjadi perhatian apakah ada urgensi untuk merekrut talenta
yang membawa serta beban gaji yang sangat tinggi.
Inefisiensi juga diduga menjadi
penyebab utama. Seperti yang banyak diberitakan bahwa profitabilitas perusahaan
Start Up masihlah negatif alias rugi. Namun, uang investor yang mereka terima
justru dialokasikan ke hal yang urgensinya masih harus dievaluasi lagi.
Contohnya adalah perlukah untuk menyewa gedung kantor pencakar langit di
wilayah tengah atau nadi Ibukota Jakarta? Atau perlukah perlatan elektronik
atau laptop dengan spesifikasi yang super high end?
Itu belum jika kita bicara soal
strategi bakar uang. Menarik bukan?
3. Rekrutmen Karyawan Terlalu Banyak
Optimisme yang tinggi untuk
meraih pertumbuhan yang tinggi serta jumlah pengguna yang banyak, membuat Start
Up harus mengerahkan segala daya dan upaya termasuk merekrut karyawan dengan jumlah
yang terlalu banyak. Sehingga, selain beban gaji yang tinggi, hal tersebut
menjadi tak selalu sesuai dengan kebutuhan perusahaan saat strategi perusahaan sudah
mulai konservatif.
4. Iklim Ekonomi yang Melambat
Iklim ekonomi saat ini
benar-benar sedang dalam situasi yang penuh ketidakpastian. Banyak negara sudah
tercatat mengalami resesi, dan peningkatan suku bunga serta pelemahan mata
uang. Kondisi yang kontraksi ini juga menyebabkan Indonesia sedikit banyak akan
mengalami dampaknya, seperti suku bunga yang tinggi dan nilai tukar yang melemah,
dan inflasi yang membuat daya beli masyarakat menjadi turun.
Hal tersebut cepat atau lambat
juga akan berdampak pada omset perusahaan Start Up di Indonesia. Karena uang
masyarakat akan dialokasikan pada kebutuhan yang dianggap lebih primer daripada
dibelanjakan pada platform Start Up tersebut.
Sekian saja gambaran umum untuk
para Start Up Indonesia saat ini. Harapannya, tentu saja semoga hal ini tidak
terjadi dalam kurun waktu yang lama. Selain itu, perusahaaan juga harus terus
berbenah agar menjadi perusahaan Start Up yang kian kokoh, membuka lapangan
kerja yang luas serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi negara.
By Epployee, sebuah perusahaan
Start Up yang bergerak di bidang sistem teknologi ketenagakerjaan. Gunakan
Epployee untuk memudahkan segala administrasi ketenagakerjaanmu dengan absen
digital, pengajuan lembur, cuti, payroll, pengukuran kinerja sampai learning manajemen
yang terintegrasi dalam satu aplikasi mudah! Hubungi kami untuk mendapatkan
penawaran spesialnya!