Pandemi Covid-19 yang sudah dirasakan sejak
kuartal 1 tahun 2020 lalu, ternyata masih belum kunjung usai hingga saat
tulisan ini dibuat, sehingga berbagai kebijakan diambil Pemerintah guna
mengatasi pandemi ini seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga tahap darurat.
Hal ini banyak mengubah gaya hidup dan cara
kerja masyarakat di seluruh dunia, termasuk dengan adanya kebijakan Work From
Home atau yang sering disebut dengan “WFH”. Para pekerja kantoran atau karyawan
yang selama ini sudah terbiasa dengan berangkat kerja ke kantor menjadi harus
WFH atau bekerja dari rumah. Ada plus minus yang dialami perusahaan dan para
karyawan itu sendiri dengan adanya aktivitas baru ini. Beberapa diantaranya
adalah:
1. Efisiensi Perusahaan
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebelum adanya
pandemi yang membawa serta aktivitas WFH ini, perusahaan telah banyak
mengeluarkan uang operasional untuk perjalanan dinas, transportasi, akomodoasi
dan “uang saku” bagi para karyawannya yang sering mengadakan pertemuan bisnis
baik di dalam kota, dalam negeri, hingga luar negeri. Tentu saja biaya ini
tidak sedikit dan bahkan terus bertambah seiring dengan jumlah dan frekuensi
karyawan yang bepergian dinas.
Namun dengan adanya pandemi dan aktivitas WFH,
maka kegiatan kedinasan menjadi sangat terbatas, para professional mengadakan
meeting diharuskan menggunakan jalur online tanpa harus berpindah tempat
dari rumahnya, tidak ada uang transportasi, hotel, dan berbagai biaya lainnya.
Pertemuan demi pertemuan online baik untuk tujuan canvassing, promosi
produk, evaluasi kinerja, negosiasi, rekrutmen pegawai, dan masih banyak lagi.
Hal ini tidak sekedar membuat waktu bekerja menjadi lebih efektif dan efisien, namun dari segi biaya pun menjadi jauh lebih rendah dibandingkan sebelum ada kebijakan WFH.
2. Work Life Balance
Bagi para karyawan pun WFH ini menjadi suatu anugerah
tersendiri dalam bekerja. Bagaimana tidak, karyawan terhindar dari ritual melakukan
perjalanan pergi dan pulang bekerja yang seringkali tidak memakan waktu yang sedikit,
terlebih lagi bagi karyawan yang berdomisili di Jabodetabek, dimana total
perjalanan dalam sehari bisa mencapai 4 jam bahkan lebih.
Oleh karena itu, kelebihan waktu ini dapat dimanfaatkan
untuk melakukan pekerjaan yang biasanya seringkali membutuhkan waktu untuk lembur.
Atau bahkan, kelebihan waktu tersebut dapat digunakan untuk berolahraga,
meningkatkan softskill dan berkumpul Bersama keluarga.
3. Infrastruktur Belum Siap
Sedangkan dari sisi negatifnya, infrastruktur
yang terkait dengan aktivitas WFH ini seringkali belum memadai. Sebut saja telepon
genggam yang belum tentu memiliki memori yang cukup, atau baterai yang tahan
lama. Bahkan computer ataupun laptop belum tentu juga dimiliki oleh para karyawan
di seluruh sektor yang mengenakan kebijakan WFH. Lebih dari itu, jaringan atau
sinyal pun seringkali bermasalah karena kualitasnya yang tidak stabil dan
merata di berbagai wilayah di Indonesia. Semua ini menjadi hambatan dalam bekerja
secara WFH.
4. Operasional Bisnis Kantor Terbatas
Meskipun perusahaan mendapatkan penghematan
biaya dan tunjangan transportasi, akomodasi dan kedinasan, perusahaan juga dihadapkan
pada konsekuensi yang sulit dimana banyak aktivitas operasional yang menunjang kinerja
bisnis perusahaan menjadi jauh terhambat.
Contohnya adalah kegiatan marketing yang
biasanya door to door menjadi sangat terbatas dengan online.
Contoh lain adalah sektor infrastruktur dan properti yang memang juga mengharuskan
banyak kegiatan fisik, karena memang bisnis intinya adalah pembangunan fisik.
Selama pandemi ini, memang banyak sekali
perusahaan yang harus memutar otak agar meminimalisir dampak negatif yang
mungkin terjadi di tengah pembatasan kegiatan yang ada, namun bukan tidak
mungkin perusahaan justru dapat mengubah beberapa operasional bisnis konvensionalnya
selama ini dengan mengadopsi teknologi dan digital. Sehingga, pandemi ini dapat
menjadi suatu checkpoint tersendiri untuk melangkah lebih percaya diri.