Setiap karyawan pasti punya
target untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Berbagai cara akan ditempuh,
baik itu mulai usaha sampingan, mengejar promosi, hingga resign untuk
mencari pekerjaan baru yang lebih baik atau memulai menjalankan bisnis secara serius.
Namun untuk memutuskan resign tentu tidak boleh terburu-buru dan tanpa
persiapan, berbagai risiko dan tantangan setelah resign pasti tidak akan
mudah untuk dihadapi. Berikut tips bagi karyawan sebelum resign yang
sudah dirangkum oleh Tim Epployee:
1. Dana Darurat dan Dana Tabungan
Dana darurat dan dana tabungan harus dipastikan tersedia sebelum seorang karyawan memutuskan untuk keluar dari zona nyamannya (baca: mendapatkan penghasilan tetapnya). Karena kehidupan pasti akan selalu berjalan, yaitu kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan. Setiap manusia pasti butuh makan, pakaian dan tempat tinggal, yang merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik. Oleh karena itu ketersediaan dana tersebut harus ada, selain untuk melanjutkan kehidupan tapi juga untuk berjaga-jaga jika ada perubahan yang tidak diinginkan pada rencana atau target setelah resign.
Dana darurat dan dana tabungan adalah dua hal yang berbeda. Dana tabungan harus ada setelah dana darurat terpenuhi. Dana tabungan adalah tahap selanjutnya setelah adanya dana darurat. Kedua dana tersebut bersifat sangat wajib.
Dana darurat adalah dana yang disediakan berdasarkan jumlah pengeluaran bulanan seseorang. Berdasarkan berbagai literatur, seorang karyawan yang belum berkeluarga dapat menyisihkan dana untuk pos dana darurat sebesar 6 kali pengeluaran bulanannya. Sedangkan untuk yang sudah berkeluarga dapat menyisihkan setidaknya 12 kali dari hitungan anggaran pengeluaran bulanannya.
Setelah dana darurat terpenuhi, maka dana tabungan menjadi
sesuatu yang harus dipenuhi selanjutnya. Tidak ada hitungan yang pasti berapa
besaran yang harus disediakan, namun dana tabungan adalah dana yang pertama
kali akan digunakan setelah ketiadaan penghasilan atau gaji bulanan setelah resign,
dan belum kunjung mendapatkan penghasilan lainnya. Setelah dana tabungan habis,
barulah dana darurat yang akan digunakan selanjutnya.
2. Rencana yang Matang
Rencana yang matang terdiri dari berbagai skenario. Misalnya, jika seorang karyawan ingin resign untuk bekerja di tempat lain, maka karyawan tersebut harus melakukan pengukuran yang jelas. Pengukuran yang dimaksud misalnya apakah gaji yang didapat sama atau lebih besar? Apakah gaji lebih besar tapi justru tunjangan lebih sedikit? Apakah jarak kantornya sama dekatnya atau lebih jauh? Apakah jenjang karirnya lebih potensial? Apakah jam kerjanya sama atau jauh lebih Panjang? Apakah bonus tahunannya lebih banyak atau sama saja? Apakah lingkungan kerjanya lebih sehat atau jauh lebih kompetitif? Seberapa besar turnover di perusahaan tersebut? Dan masih banyak lagi yang tentu harus dipetakan secara matang.
Sedangkan jika ingin membangun bisnis secara mandiri atau bersama
rekan-rekan, maka tentu harus ada beberapa pertimbangan seperti konsep bisnis
yang jelas. Apakah target pasarnya sudah ada? Apakah pasar sudah memvalidasi sektor
bisnis yang dijalani? Seperti apa segmentasinya? Seberapa kuat tingkat
persaingan? Seberapa besar modal yang dapat dikeluarkan? Kapan mulai ada
penghasilan? Kapan break even point nya? Hingga rencana untuk mengubah
total model bisnis atau justru menutup permanen usaha jika usaha tersebut tidak
berjalan dengan baik.
3. Selesaikan Pekerjaan
Seorang karyawan wajib menyelesaikan pekerjaan dengan sangat baik jika masih ada pekerjaan yang menggantung dan memang masih merupakan tanggung jawab yang telah diberikan perusahaan. Jangan sampai pekerjaan tersebut ditinggalkan dalam keadaan tidak selesai saat seorang karyawan resign, karena walau bagaimanapun pasti akan menghambat pekerjaan lainnya baik di unit yang sama maupun unit lainnya yang bisa jadi akan terdampak.
Selain itu, karyawan tersebut juga harus membagi pengetahuannya kepada rekan kerjanya yang lain terkait pekerjaan yang dikuasainya. Hal ini dimaksudkan agar bisnis perusahaan tetap dapat berlangsung dengan baik meskipun seorang karyawan harus resign. Seringkali, perusahaan juga sudah menyiapkan karyawan lain untuk menggantikan pekerjaan karyawan yang memang akan resign. Tentu saja, keilmuan karyawan yang menggantikan harus sama dengan karyawan yang akan meninggalkan perusahaan.
4. Jaga Hubungan Baik
Tetaplah jaga hubungan baik dan buatlah kesan yang terbaik sebelum meninggalkan perusahaan yang telah memberikan penghidupan kepada karyawan selama ini. Karena bagaimanapun perusahaan tersebut telah memberikan uang gaji, benefit, tunjangan dan ilmu pengetahuan serta relasi yang justru menjadi bekal untuk meninggalkan perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, hubungan dan kesan yang baik kepada setiap karyawan khususnya pada rekan kerja dan atasan terdekat, tidak boleh dianggap remeh. Itulah sebenar-benarnya personal branding. Karena personal branding di perusahaan adalah personal branding yang paling nyata dan akan berdampak secara jangka panjang bagi seorang karyawan.